Nanti Senang

Tenang, senangnya nanti saja setelah menang

Sabtu, 13 Desember 2014

Kejadian Pemberian

Kejadian Pemberian
                Masih ingatkah aku saat itu? Sulit sekali tuk berpikir dan mudah sekali untuk diingat. Ketika langkah-langkah yang ku lakukan menjadikan gempa untuk Bandung dan sekitarku. Dan langit seindah apapun tak akan kuperhatikan karena malu masih mengharamkan menengadah. Juga terasa seperti konser tunggal, dimana suaramu sebagai satu-satunya melodi yang kudengar dan yang lainnya hanya alat-alat untuk perkusi. Seistimewa itukah tuan putri yang satu ini? Kukira lebih.
                Kejadian ini bertemakan pemberian, diperankan suatu hadiah yang berkelana dari satu pria yang mengidap penyakit keresahan karena memiliki hadiah itu menuju sang gadis tujuan hadiah itu, juga tujuan pria itu. Tidak banyak cerita didalamnya, hanya rasa-rasa yang timbul dan tidak, labilnya luar biasa. Protagonis dan antagonisnya ada dalam pria itu, antara terus maju dan mundurnya ada dalam pria itu. Antara happy ending dan sad endingnya ada dalam pria itu. Sungguh pria itu sudah seperti Tuhan saja bagi dirinya sendiri, dikala dirinya merasa sangat lemah.
                Bilamana aku adalah tawanan yang memiliki informasi penting, penghargaan akan kuraih ketika aku pulang kembali dengan tubuh sisa tersiksa. Beberapa kata seperti tersesat dalam aura itu. Hangatmu itu mampu membakar setengah kamusku. Demi melindungi kata-kata penting, batin ini berani menyiksa diri sendiri. Mungkin inilah yang disebut malu atau tidak berani.
                Tapi para penonton yang kupaksa menonton sudah memaksaku melakukan atraksi. Mulailah aku menciptakan kejadian ini. Dan mulailah untuk memikirkan atraksi selanjutnya yang kegagalannya dikarenakan tidak lebih hebat dari atraksi sebelumnya. Aku ingat, kritik para penonton adalah menambahkan yang kurang. Mengeluarkan dialog yang baru, yang maju, yang berkembang, yang dalam.
                Kuakhiri kejadian ini, saat itu aku menjadi manusia munafik yang menghindari tuduhan ”manusia memang tak pernah puas”. Siapa coba yang menggerakan tubuh ini agar menjauh darinya? Aku rasa bukan aku, tapi itulah aku. Ini semacam membohongi diri sendiri, lalu memantul menjadi membohongi semua orang yang menjadi saksi. Dan pada akhirnya semua penonton akan tidak puas. Mereka semua demo, dan akulah pemimpinnya. Karena aku yang paling merasa tidak puas, bila aku jujur.

14 desember 2014

Rabu, 03 Desember 2014

Hadiah yang Takkan Pindah Tangan

Hadiah yang takkan Pindah Tangan
                Hari ketika semuanya bersantai, beberapa bernyanyi didepan berhala, aku tahu kamu tak ikut bernyanyi bersama mereka, tapi bernyanyi bersamanya, kemungkinan yang menyakitkan. Siapa yang takut ketahuan berpasangan? Aku, karena aku berpasangan dengan pria. Dan kamu juga tentunya, dengannya, si Manusia yang gemar membonceng dirimu, bukan aku.
                Hari itu, ketika para pasangan mengingatkanku pada diriku yang bukan salah satu dari mereka. Iri, mengiris-ngiris hati tapi tak pernah habis. Tolong hentikan keadaan ini. Bodohnya aku. Yang bisa menolong diriku hanyalah aku sendiri. Motor ini hanya membawa jasad kosong yang batinnya sudah hampir habis dilibas peristiwa. Cemburu tidak menguras hati, tapi memanaskan karena memang terasa panas, hingga kering, hingga mengkerut, hingga hilang indra merasakan perasaan. Coba bayangkan bila aku masih bisa merasakannya! Pasti terasa sangat sakit, untungnya Tuhan baik sekali.
                Hari minggu, di bandung yang mendung. Aku membuat bendungan penasaran. Sungguh, kukira aku akan menemuimu. Tapi dimana dirimu? Dimana kita akan bertemu? Bendungan itu tak kunjung jebol, tak bocor sedikitpun. Sayang, bendungan itu bocor ketika aku sudah pindah kota. Air penasaran itu tak membasahiku sedikitpun. Hanya membuat danau baru yang dinamai danau Kekecewaan.
                Hari minggu malam, di tempat yang dipenuhi kata-kata penyesalan karena kita tak bertemu. Aku masih mengingatmu. Kamu mungkin masih bersenang-senang. Atau dia masih kesenangan. Hari memang hampir berakhir. Tapi aku masih ingin melakukan sesuatu, untukmu. Motor Revo tak mungkin berjalan sendiri untuk membeli hadiah. Aku mengantar motor itu membeli hadiah. Hadiah itu kusimpan di kantung harapan yang hampir hilang di gelap malam. Untung aku masih mencari.
                Hari setelah minggu, hadiah itu terbawa tangan yang ingin mengenggam tanganmu. Aku tak minta apa-apa. Bolehkah bila kusodorkan tanganku beserta hadiah ini diatasnya dan kau ambil lalu kau gantikan posisi hadiah itu oleh tanganmu sendiri? Memang bisa disebut aku meminta pamrih lebih. Tapi sungguh. Kenapa tak ada sedikitpun waktu untuk bertemu? Kenapa ketika ingin bermain ditengah hujan tapi tidak kebasahan, setetes pun? Kenapa ketika ingin bergoyang dikerumunan tapi tak ada yang ikutan? Kenapa ketika ingin berjalan di pegunungan tapi tak ada tanjakan? Ini semua tentang Kenapa dan Kapan.

                Sudah berapa hari hadiah ini bersedih. Dia akan bersedih bila tidak berguna. Jadi, tolonglah. Hanya kamu yang bisa membuatnya senang. Tangan yang lain takkan membuatnya berjasa, hidupnya akan hampa. Takkan ada monumen untuknya bila seperti ini. Jadi, tolonglah. Marilah kita berdekatan, untuk beberapasa saat yang akan melambat. Cobalah, tunjukkan sedikit kesediaan untuk menerima kejutan.  Awan-awan harus beradu untuk membuat kejutan untuk sejuta orang. Bumi dan bulan harus berdekatan untuk menghidupi nelayan dan ikan-ikan. Para bos harus ketemuan untuk memulai proyek besar. Jadi, tolonglah. Dari banyaknya benda yang kau punya. Aku hanya minta yang tak nyata. Bersediakah kamu, aku hadapi dengan gugup yang wajar? Semoga hadiah ini jatuh untuk tersenyum di hangatnya genggamanmu.

Minggu, 16 November 2014

Suram

Suram terus
Motivasi yang telah tenggelam kedalam zona ketidaktahuanku. Sinarmu yang terlihat sekarang hanyalah sisa sinar dari masa lalu yang sebentar lagi lenyap. Siapa yang sekarang buta arah? Kemana aku harus berlari, saat aku telah tertinggal peserta lain.Dan mimpi-mimpi sudah melambung lebih tinggi dari alam mimpi. Kamu, kemarilah, bantu aku, hidup.
Sekarang lelah tidak berbuah. Sudah aku lahap waktu-waktu yang terasa hambar. Tawa-tawa teman hanya suara yang tak mengundang tawa, mengganggu. Apalah arti kata menarik? Lupa aku akan kata itu, hilang arti kata itu terbawa olehmu. Kemana?
Coba tekan saklar yang menempel di dinding kering. Semuanya jadi memantulkan cahaya yang tak ingin kuterima. Bukan aku ingin buta. Hanya saja, kalau boleh, aku ingin jadi pangeran tidur, yang curang karena hanya bisa dibangunkan mimpinya sendiri, Sang Putri.
Di bumi kerdil, menurut matahari. Bersembunyi dimana lidi pembersih hati ini? Maaf aku bukan penjudi pintar. Tak berani menukar malu dengan ilmu tentang kamu. Dan malu yang kusimpan ini, membusuk membuatku layu, perlahan.

Aku jadi hobi melintas waktu dengan tidak sadar. Menunggu seperti bukan lelaki. Menarik seperti betina. Dan tersirat seperti wanita. Andaikan aku bukan laki-laki, pasti aku menawan. Hanya perandaian, bukan permohonan, apalagi doa.

Puisi C isi yang tertampung

Hujan Sebelum Malam Minggu
Hujan memelukku erat
Hingga bajuku ketat
Dan dia menemaniku menangis
Pasti hujan senasib denganku
Di sebentar lagi, di malam minggu

Ketika Kamu Sakit
Sakit kamu jatuh dari motor
Pararel dengan hatiku
Yang merasa dijatuhkan burung elang

Sebagai Surga
Liciknya dirimu
Hanya dengan tersenyum
Bisa mengalahkan Mahameru dan Raja Ampat
Dalam daftar destinasi yang kan kutuju
Sebagai surga

Buta Warna Mata Hati
Ada yang namanya mata hati
Mungkin mata hatiku menderita buta warna
Karena lampu hijau darimu tak pernah hijau
Selalu warna merah bergantian dengan merah lainnya
Kata hatiku

I 3
Besok menu makanmu apa?
Aku salah satunya
Sebagai cokelat
Yang menutup lelahmu, menemani santaimu

Jatuh Hati
Aku perahu
Singgah dan melihat pulau senyummu
Aneh, jangkar hatiku terjatuh
Dan sialnya
Berat sangat jika diangkat

Tertawalah
Tertawalah
Aku menikmatinya
Kubuat kau tertawa riang
Aku sedang berbangga senang
Tertawalah bersamanya
Semua suara serasa suara menertawaiku

Soal Kejar Mengejar
Soal kejar mengejar
Tanyakan saja pada predator yang sudah kenyang
Dulunya mereka kurus dan cepat
Lalu jadi bahagia dan bisa istirahat

Cara mereka mengejar mangsanya seperti mengatakan kepadaku
Fokus saja pada apa yang kau kejar
Buat dia merasa istimewa
Dan dia akan merelakan hidupnya untukmu

2 Meter Darimu
2 meter dekatmu memang menyenangkan
Mengapa tak bisa lebih dekat?
Pertanyaan ini terus menghantui
Terus menghantui membuat sibuk sendiri

Lalu kau mendekati
Dia, temanmu yang kau dekati
Lalu aku juga ada yang mendekati
Dia, rasa sesal yang sesak di hati

Meleleh
Hai
Jangan senyum dulu
Tunggu aku ditiup
Setelah mengirimkan doa

Sekarang
Silahkan tersenyum indah, hangat
Aku sudah boleh meleleh

Insomnia
Disini gelap aku ingin terlelap
Maksudnya pingin istirahat
Tapi otak ini masih keasikan
Masih semangat menciptakan dirimu
Yang tidak nyata
Tidak menyenangkan memang

Terus berpikir
Sialan, masa lalu sedang ingin diputar
Karena perhatian, kamu melarang
Senangnya memikirkan masa besok
Sedang kuputar bayangan indah sialan
Tetap saja berpikir

Telmi
Ah, ide cemerlang
Kenapa terlambat datang
Tapi takkan kubuang
Semoga kejadiannya berulang
Di masa yang akan datang
Dan dengan hasil yang buat senang
Dan kita lebih dekat berbincang
Selalu terbayang

Harapan Denganmu
Senyummu beri aku harapan
Yang selalu terbunuh saat aku cemburu
Akankah habis harapan ini?
Terjadi apakah bila habis?

Memikirkanmu
Memikirkanmu adalah keajaiban
Saat itu, aku fokus terhadap sesuatu yang tidak ada
Tapi harus ada yang dikorbankan
Duniaku tenggelam dalam lamunan

Tak peduli
Aku ingin tak peduli
Tapi aku hanya bisa jadi aktor
Dan juga ini jalan yang salah
Karena hati benci berpura-pura

Sungguh hatiku tidak nyaman
Auramu terlalu istimewa
Jadi merasa rendahan
Karena didalamnya selalu serba salah

Bagai kumbang
Yang hilang radarnya
Tak bisa mengejar bunya yang diam
Takut menghisap bunga yang salah

Padahal aku punya mata
Yang mengatakan semua
Yang mengatakan dia indah
Yang mengatakan dia disana

Dan malah aku menutup mata
Tuk tak lihat keindahannya
Karena aku merasa tak pantas
Aku hanya serangga

Dan kau
Bunga terindah yang sedang disinggahi lebah

Kemarin sampai besok
Kemarin hatiku keras
Kemarin aku malas
Kemarin aku telat
Kemarin selalu penat

Lalu
Tadi mata kita saling lihat
Janji kita saling sepakat

Jadi
Besok aku kan semangat
Pagi kuberi kata selamat
Mampu bangun di pagi gelap
Berangkat cepat, menjemput harap

Sebelum Bertemu
Menghitung waktu hingga saatnya
Janji berdua terkabulkan
Sebelum itu masih banyak
Resah gundah dan sebagainya

Jodoh
Yang ada di tangan Tuhan
Jangan kemana-mana dulu
Sebentar lagi aku datang menjemput
Lalu meminta dibawah tangannya
Mungkin Tuhan takkan melepaskan begitu saja
Dan pasti aku takkan menyerah begitu saja
Syaratnya baca Quran sampai tamat
Aku hanya baca al-ihklas 9 ayat
Tuhan melepaskannya
Tuha jangan bersedih
Aku akan mengembalikannya
Karena tempatnya seharusnya di surga

Masa lalu, lalu Sekarang
Aku memberimu masa lalu
Yang indah namun menyesalkan
Yang penuh kenangan namun mengecewakan
Yang menghasilkan sekarang yang membingungkan

Dulu kita dipertemukan
Dulu aku bersyukur senang
Dulu aku selalu tenang
Dulu kau tak perlu kukenang

Kini pertemuan harus kuperjuangkan
Kini aku menyesal pernah mengenalmu
Karena kini hati memaksa mengejarmu
Namun belum pernah kuturuti itu

Melawan hati sendiri sungguh menyakitkan
Ketika kau hadir, kau cetuskan konflik batin dalam diriku
Hatiku dengan seenaknya memaksa mendekati hatimu
Namun rasa malu melawan, menyarankan mencari aman

Dan lalu aku mencari aman
Tapi yang kutemukan sekarang hanya penyesalan
Meminta maafkah jalan keluar?
Salahkah semua bila kubiarkan?

Salah Tingkah
Kau membuatku selalu kalah
Dalam lomba menghindari salah tingkah
Dan jauh lebih parah

Bicara wajar saja sudah susah

Kamis, 21 Agustus 2014

Ingin Hidup

Ingin Hidup
Mentari hasilkan bayangan, bentuknya mirip dengan penghalangnya, tentunya dengan skala yang berbeda. Dia menatapku kini, aku sudah terbiasa dengannya. Matanya juga palsu, tak bisa melihatku. Dia hanya tiruan dari tokoh kartun. Duduk dia di kayu yang dipaku rapih untuk disebut meja belajar. Buku-buku berserakan berantakan karena malasnya yang empunya. Kebanyakan gak dibaca. Kadang kutambahkan buku disana dengan uang saku. Ada banyak barang berdiam disana yang gunanya entahlah, jarang terpakai.
Pintu kulewati, aku keluar kamarku. Televisi, jendela, meja, kursi, meja pendek, lemari, rak buku, karpet, komputer, dispenser, angin dan foto-foto juga kulewati. Lalu menginjak tangga satu persatu agar sampai ke lantai bawah. Dibawah tidak ada siapa-siapa. Hanya ada banyak barang yang tak ingin kuceritakan. Namun ada satu hal yang aneh disana. Saat kutekan tombol untuk menyalakan televisi, dia tetap saja mati. Tentu saja begitu, dirumahku sedang kehilangan listrik. Dan itulah kenapa aku keluar kamar setelah laptopku yang sedang kumainkan mati tiba-tiba.
Sedari dulu kerjaku hanya bermain, bermain laptop saja. Memainkan permainan yang membosankan. Apalagi bila bermainnya sendiri, sangat membosankan. Tetap saja kumainkan laptopku ini. Banyak sekali yang ingin kulakukan selain bermain ini. Seperti pergi berlibur atau berpetualang menuju ketersesatan yang mengasikkan dan membuatku merasa hidup. Namun aku benci pada ketakukan yang selalu terbayangkan saat aku ingin lakukan yang kuinginkan. Itu membuatku malas bergerak.
Ini adalah hari minggu. Tadinya aku hanya akan menghabiskan waktu dirumah bermain laptop seharian agar waktuku seharian itu menjadi tidak ada artinya. Dan saat besoknya aku akan merasa “hari kemarin itu aku tidak melakukan apa-apa”. Membuang hidup. Kadang aku menyesalinya. Kadang kurasa harus membuat sejarah hidupku yang lebih berkesan. Nah. Saat ini aku harus berpetualang atau berpindah tempat di sekitar Bandung, Cimahi, atau Lembang.
Langit pagi yang jingganya indah menjadi latar kepergianku. Bukan, aku bukannya meninggal. Aku pergi meninggalkan rumah untuk mencari sesuatu yang baru, yang benar-benar belum kurasakan sebelumnya. Kulihat atap bumi ini. Dalam hati berdoa semoga aku dapat pencerahan hari ini, dan semoga Tuhan mendengar doaku ini. Aku mulai melangkah tanpa arah, tanpa tahu kan kemana.
Suasana sekitar rumahku ini aku tak suka. Rumahku berada didalam perumahan yang asri dan nyaman, dulunya. Sekarang sudah tidak. Dulu masih banyak tanah kosong yang hijau berikan kesejukan batin bila kupandang. Dulu langit masih luas kemana-mana. Sekarang langitku sempit diapit rumah-rumah yang berlomba-lomba lebih tinggi dan lebih mewah. Yang paling kubenci, sekarang tak ada lagi Tangkuban Perahu dan Burangrang di jendelaku.  Dulu setiap kali datang kejenuhan, selalu kupandang kearah utara dimana dua gunung itu berdiri gagah bersama untuk nikmati keindahan Lembang. Sekarang kejenuhanku ini akan tambah jenuh bila kulihat karya manusia yang menghalangi hasil pahatan Tuhan. Aku bisa gila.
Setelah berjalan lama yang santai, aku sampai didepan gerbang pintu keluar perumahan. Disana bingung aku rasa. Kulihat Tangkuban Perahu dari sini. Aku pernah kesana waktu masih muda, teramat muda hingga aku sudah lupa. Kuputuskan aku akan kesana. Yang kubawa waktu itu hanya uang secukupnya dan telepon genggam. Yang kukenakan waktu itu hanya pakaian main a la zamanku, kaos dan celana sempit. Kucari jalan menuju kesana menggunakan internet di teleponku.
Disaat sedang melihat layar, suara motor dari perumahan mendekati. Motor itu lewat begitu saja. Aku memang tidak mengenal dia yang mengendarai motor itu, dia juga tak mengenalku sepertinya. Semenit kemudian, yang aku tunggu datang. Yang aku tunggu adalah supir angkot yang mengendarai angkotnya. Kutunjukkan jempolku tangan ku sebagai tanda aku ingin naik angkot itu. Supir itu menatapku kasihan lalu tersenyum sambil mengangkat tangan yang berarti “maaf, tidak bisa, sudah penuh”.  Angkot itu lalu lewati aku, sambil aku menatapnya kecewa.
Aku hampir putus asa untuk berliburan sendiri disana. Angkot kosong menuju bandung di jam segini pada hari minggu memang susah dijumpai. Kucari menggunakan internet tempat rekreasi lain didekat tempatku ini. Ada beberapa ,yaitu curug cimahi, maksudku Air terjun yang terletak di parongpong. Tempat itu juga tak kalah indah, tapi aku tetap lebih ingin ke gunung. Apalagi pagi ini suhu hangat menuju panas mulai merasuki. Aku jadi pingin kedinginan ria diatas awan.
Seketika itu pula aku jongkok termenung diam. Dan seketika itu pula pak Akung datang  dengan motor barunya yang suaranya masih lembut. Lalu kudengar suara seraknya pak Akung bertanya “ke bandung bib? Hayu ikut ajah sama bapak”. Berterima kasih dengan bahasa sunda sebelum naik ke motornya. Kita berangkat. Beliau lajukan motor ini dengan kecepatan yang membuatku berpikir “aku tak akan menyusul apapun sampai tujuan”. Tentunya aku salah. Sampai di pertigaan gerlong, dimana bila belok kiri ke Lembang dan bila kanan ke Bandung. Aku diturunkan disana karena aku tadi memintanya. Kita berpasih setelah aku pamit menggunakan bahasa Sunda. Lalu dia pergi ke Bandung, tujuannya Ujung Berung. ( bersambung )

Puisi C isi berbonus


Jangan membingungkan
Memang iya kau berbeda
Tolong sekarang turuti kebenarannya
Kau hanya wanita biasa
Bertindaklah seperti yang lainnya

Tadi aku lihat aku bertanya
Dalam hati tentang kenapa
Kenapa yang kudamba sekarang berubah
Ku jadi tersesat dalam penat yang teramat

Jangan kau buatku bingung
Nanti aku insomnia
Jangan lagi buatku bingung
Nanti aku tak bisa kenyang

Biarkan saja aku terus
Dalam renung aku termenung
Hanya berdoa besok semoga sudah lupa
Meski ragu apa Tuhan bisa

Kisah Ini
Hai adalah pembuka kisah ini
Kisah yang nantinya semoga berhasil kasih
Kasihku yang berbalas tak seimbang tapi tak apa
Tak usah pedulikan dulu sekarang
Aku yakin nanti akan

Mungkin kamu masih malu mainkan peran
Aku tahu dulu juga ku begitu
Lalu dulu watak berani kupelajari
Demi kisah yang tak pantas berhenti, menurutku

Ini adalah skenario Tuhan
Yang kuharap, kita berdua berharap sama
Harapkan skenario yang khusus untuk kita
Sebagai perasa semua adegan bersama
Senyum sedih bergantian tak seimbang
Bila senyum bukan yang terakhir
Cerita Tuhan kan kurombak lagi

I 2
Tak mungkin aku bersedih
Setelah memandang senyum polosmu
Tak mungkin aku tak sedih
Setelah ditunjukkan senyum palsumu

Jangan kau rekayasa
Ku lelah lihat kau yang gundah
Jangan kau sembunyikan
Kutakut bumi yang melihatmu murung
Akan marah mencari sebabnya

Tak usah kau bersedih
Seperti tenggelam saat kulihat banjir dari matamu
Seperti tersekap saat kudengar suara tangismu
Bencana bagiku saat sedihmu kutahu

Harusnya kau senang saja
Senyummu riang se isi dunia senang
Dunia imajinasiku berpesta girang
Rayakan bencana hilang senyummu yang selamatkan

I
Andai kamu tempat parkir
Ingin sekali kutitip punyaku disana
Walaupun hanya sepeda roda satu
Walaupun jalan masuknya susah kutemukan
Walaupun harganya menyiksa
Walaupun harus menunggu karena penuhnya
Walaupun tak tahu akankah aman
Walaupun masih ada sejuta walaupun
Tetap kamulah tempat terakhirku
Yang kumau

Bingung karenamu
Bingungku sebab dirimu
Yang ingin kutahu hanya tentangmu
Kini, ini penting bagiku
Bingung ini meracuniku

Aku bisa saja mencari tahu
Hanya, mencurigaimu tak nyaman bagiku
Tak nyamanmu membuatku merasa sama
Membiarkan waktulah yang kupilih

Mendekatimu, kamu tak ada waktu
Mengganggumu dan dia, bukan sifatku
Menunggumu, tanpa memberi tahumu
Mengharapkanmu, tak pakai usaha

Tak Bisa Kubayang
Aku tahu kamu bukan malaikat
Aku tahu kamu bukan bidadari
Namun satu aku tak tahu
Tak tahu aku bedamu dengan dua mahkluk tadi

Pinta aku tuk ceritakan kelebihanmu
Akan kuceritakan sampai maut menjemput
Jangan suruh aku tuk mengejarmu
Kau lakukan hal yang sia-sia

Terlalu Indahmu
Membuat diriku
Tak mampu bayangkanmu
Walaupun bayangan itu
Berlatarkan surga

Semua tempat indah aku ingin kesana
Namun bila tak ada kau disana
Arti indah juga takkan pernah ada
Semua tempat sama saja
Kecuali kau ada disana
Semua sama, adalah surga

Mirip Matematika
Kupikir kamu matematika, salah sedikit lalu sudahlah
Dan seperti saat pertama kali lihat soalnya
Ku lamun lama terpana indahnya

Juga rumitnya, tak jauh beda

Minggu, 03 Agustus 2014

Backpackeran Pertama adalah Papandayan



Ini aku mau cerita.

Tentang pengalaman pertama Backpacker-an urang ( iyah aku orang sunda ). Pengalaman pertama Hiking. Pengalaman pertama mendaki juga. Ada yang bilang hiking sama mendaki itu beda, tapi kata aku mah sama jadi masalahnya apa? gak adakan? Damai dong? iyah damai. Sedamai alamnya Papandayan yang indah dengan asap-asapnya. Bukan! bukan asap knalpot, tapi asap kawah-kawah yang gak dilindungi pembatas. Jadi bisa kita deketin tuh kawah.
Tuh kawah kecil




Itu tuh baru awal-awal. Kita baru jalan sebentar lalu nemu yang begituan. Disini kemungkinan tersesat menurutku mah kecil. Kenapah? soalnya track nya gak jauh amat, Paling 3 atau 2 jam dari start kau sudah sampe lagi di pondok saladah. Tempat urang mendirikan tenda.

Bermula di bandung, di braga, di indomaret point, di sekitar meja yang diatasnya ada papan monopoli yang sedang kita mainkan. Disitu, waktu itu, yang kukenal ada 6 orang terrmasuk diriku sendiri. Waktu lagi main nih, ngobrol lah mereka sampai tiba-tiba ada kata papandayan keluar. Hafizh atau Jon atau Adul ini tiba-tiba ngajakin aku( aduh gak enak banget, aku -nya ganti sama urang okeh? okedeh) Ngajakin urang dan ilham pergi kesana besoknya. Kita melakukan salaman rahasia.

Besoknya urang galau. Jadi pergi gak yah? pikirku. Untuk memastikan, urang minta ketemu tuh sama Jon sama Ilham di sekolah. Kita ketemu, gak ngapa-ngapain. Mereka cuman minta urang sewa tenda. Pulang lah urang setelah sewa tenda dan carrier, sendiri. Dirumah urang stress, ini carrier diisi tenda udah hampir penuh. cuman bisa isi pakaian buat sehari ama botol minum ama Tab buat foto dan Charger. Cuman itu doang yang urang bawa. Mana Carriernya tuh rusak lagi. Ah sudahlah. untungnya kita masih bisa pulang selamat.

Maghrib kita bertemu di Terminal Cicaheum. Urang turun dari angkot terus ada kenek elf nawarin ke garut. Urang bilang nunggu temen dulu. nah si kenek ini lalu menjauh pergi cari penumpang yang lain. Urang liatin. Ternyata yang lagi dia ajak ke garut tuh temen urang. Urang langsung lari kesana. Setelah tawar menawar sedikit yang gagal. kita berangkat. Sialnya kita diturunin ditengah jalan, disuruh naik angkot yang searah. Nambah deh Ongkos yang harusnya cuman 20rb jadi 35rb. Kamfret!

 turun dari angkot kita harus naik kolbak atau ojek keatas, jalan kaki juga boleh kalo kuat. Karena sudah malam, kita istirahat dulu di sebuah warung yang sudah mau tutup. Dengan ngopi dikit dan ramah dan ngobrol kita disediain kamar anaknya yang lagi gak dipake. Baik banget yah bapak yang punya warungnya.

Besoknya kita naik keatas pake kolbak setelah patungan sama mahasiswa dari jakarta. Entah kalian akan bilang apa? tapi menurut urang Garut pagi tuh adalah garut yang indah. Bodohnya, gak urang Foto padahal udah urang keluarin ituh si Tab. Sampailah urang di Start
Mendakinya Mulai dari sini

Dijalan bisa dapet yang kayak gini. ituh Cikuray
terus sampai sini (Pondok Saladah)


Disini kita istrahat bentar. sorenya kita ke hutan mati terus mencari Tegal Alun tapi gak ketemu-ketemu jadinya foto-foto.
Ini ujung hutan mati. bukan puncak. tapi ada jurang

Sudah mau malam dan tidak bawa senter, takut nyasar kita pulang. Air minum mah banyak. Jangan tanya apa yang kita makan disana dan cara makannya bagaimana, itu menyedihkan, sengsara, tapi langka jadi aku suka. Malamnya, dibawah banyak bintang yang gak bisa Tab foto, di dekat api unggun yang dibuat bapak warung ( dia bawa makanan keatasnya pake motor. Dia kuat). berbincang sampai ngantuk lalu tidur. Kalau aku boleh curhat, Warung ini memberi kami banyak makan, tapi keluar banyak uang. ah sudahlah.

Besoknya
Kita muncak lagi

menemukan ini di hutan mati. kalau kemarin mah gak ketemu.

Kita lupa sarapan. jadi cuman bisa sampai sini ( Setelah Tanjakan apa gituh, aku lupa )

Turun tuh kita ke Pondok Saladah dari puncak, nah disana tuh ada dua jalur tuk sampai pondok saladah. Ada jalur motong yang basah dengan lumpur dan tanaman air yang hidup bisa buat ngotorin kaki kau. Ada jalur memutar yang gak kotor-kotor amat tapi kau harus loncatin sungai yang kalo kau jatuh kotornya maksimal. Kita pilih yang basah ( kemarin juga milihnya yang basah karena pingin cepat sampai ) karena udah takut mati kelaperan. Muncul lah kita di toilet yang ada di dekat tenda. ini toiletnya lucu loh kau harus nyobain. tapi pas lagi gak ada orang biar gratis tis tis. udah bersih bersih tapi basah, biarlah. Kita makan. Makan roti kecil kecil yang paling murah. Lalu Mie rebus yang dimakan di panci, dan Ilham makannya pake tangan padahal dia bawa sendok dan dipinjamkan kepadaku, dia orang baik.

Siangnya pulang.

Jujur urang lagi males nulis, jadinya kayak gini

Tips ajah :
 - Naik kendaraan umum yang informal tuh jangan jadi orang yang terlalu baik, RUGI!
 - Harus menjadi orang yang prosos jangan jadi unsocial padahal urang sendiri unsos. lupakan. Dengan begitu kau akan mendapatkan kebaikan yang mungkin susah kau dapat di tempat tinggal mu, yah kayak urang dapet kamar tidur.
 -Nikmati pemandangan
 - Jangan lupa belanja dulu di pasar terdekat sebelum mendaki, bawa dari rumah juga boleh tapi karena urang gak mau ribet jadinya gak bawa makan dari rumah.
 - kalem aja, jangan buru-buru. Nih karena urang buru-buru, jadi lupa belanja pas dibawah. diatas harus rela makan makanan murah yang harganya mahal.
 - Kalo mau gantungin baju di pohon, liat dulu pohonnya. ada uletnya nggak? jaketnya ilham kena tuh. untung dia gak apa apa. Tapi waktu itu tumbuhan disekitar tenda kita banyak uletnya kok gapapa. Jadinya hidup gituh rasanya tempat itu teh.
 - Kalo muncak tuh telinga kau harus sensitif. Harus bisa mendengarkan suara - suara hewan buas.
 - kalo kata banyak orang mah sih bagusnya bawa gula merah gituh, untuk nambah energi kalo darurat juga gak ribet. kaya permen lagi weh

Kamis, 31 Juli 2014

Puisi C isi 4

Kau tak balas
Terpikir dirimu, lalu kupastikan
Mengirim kata mengandung tanya
Menunggu, berharap jawab terbaik
Lama, lalu heran kenapa
Kini tak tahu harus bagaimana
Juga bagaimana kabarmu disana
Bahkan aku tak tahu disana itu dimana
Tapi kini kau disini, dibayangku

Kamu inspirasi
Lalu kosong, pikirku mentok
Hei kamu! Bisakah kamu jadi inspirasi?
Ku yakin kamu bisa, yang paling bisa
Tak bisakah aku usaha
Yang hasilnya pertemuan kita
Tidak ada kau kini, romantisnya si dia
Si dia yang terangi warna menuju mata
Butaku ini tak boleh berkelanjutan
Atau si dia yang memberi ide tanpa suara
Apakah itu suara yang tak lewat telinga?
Aneh, unik, yang kusuka darimu
Hadirmu saja cukup
Senyummu saja untuk habiskan inginku
Dimana kau kini?
Rinduku memanggilmu

Diam
Kesalahanku adalah diam
Diamlah yang tersalah
Dan bodohnya aku
Sikap diam saat bahagiaku didepanku
Hanya harus menggapai
Tak susah, tak menakutkan
Tapi aku takut, walau sedikit
Kau tempat yang terlalu berharga
Untuk kesalahanku waktu itu
Pikirku, waktu itu

Mana kamu
Kamu tak sempurna
Mungkin belum sempurna
Ada satu kekuranganmu
Yang dimiliki bulan dan bintang
Bukan, bukan sinar mereka lebih terang
Bukan juga karena rasi indah mereka
Ini tentang letaknya
Tak apa mereka lebih jauh darimu

Asal bisa kusapa setiap malam aku senang

Puisi isi 5

Sawah Garut Pagi
Aku menyepi lagi
Disini suhu menyakiti
Dimana tangkai-tangkai geraknya bersama
Disaat petani-petani belum datang
Disaat bintang pelit bersinar
Juga saat terlihat kapas tipis diatas
Latar bumi perlahan berubah
Terkadang butuh banyak warna
Demi nikmatnya mata manusia
Adapun bayangan gagah menghalangi
Yang paling gagah berdiri sendiri
Diatas awan dan disebut Cikuray

Lebaran 14
Darah daging ikatan kami
Bersatu dalam satu ruang, satu waktu
Keluar semua rindu mungkin setahun
Ujung jari meminta ampun
Agar ruhnya bersih, lalu hilangkan salah
Kebersamaan sesaat yang hangat
Selesai sepulang semua
Kembali lewati yang sama
Untuk kembali hidupi rutinitas

Langit
Lukisan tuhan tak terbatas
Dengan kanvas bentuk khusus
Agar terlihat dari semua
Warna sederhana tapi menawan
Kenikmatan dari kebebasan
Kadang bersuara nada marahnya
Bersama hitamnya berkumpulan
Halangi produk mentari yang menangis
Tangisan deras lewati awan menuju bumi
Juga kadang manusia mencampuri
Warna-warni yang berlebihan
Serta bising mengganggu sekejap
Rusakkan dengan sampah gasnya
Membuat bintang malu tunjukan sinarnya
Sepi adalah waktu pertunjukannya
Titik-titik terang berdekatan berjauhan
Memberi arti, terkadang

Pagi mendung
Pagi pagi penuh inspirasi
Mungkin mimpi mimpi belum pergi
Cahaya tak pasti memasuki
Dia pemeran utama galaksi ini
Katanya diam, menurutku juga begitu
Kabut masih menjadi kabut
Embunnya segarkan yang mengantuk
Langit abu tak menentu
Nyamannya pagi seperti ini

Tersesat
Asik mungkin serupa dengan asing
Rasa entahlah yang nyaman
Nyaman diluar kandang ternyaman
Bermacam adaptasi untuk tetap pergi
Mencari jalan ke diri sendiri
Yang berharga yang susah dicari
Benarkah?

TERSESATLAH

Jumat, 18 Juli 2014

Puisi isi 6

Tikus
Bermodal niat dan berani
Menyebrang dan tergilas
Hilang jiwanya dan diabaikan
Dia bisa hancurkan rumahmu
Tapi tak seperti kau bunuh dia
Tak bisa kau salahkan dia
Kau salah, susah menyadarinya
Susah mengakuinya
Hingga rata

Menyebalkan
Aku adalah orang baik
Juga kamu, harapku
Nyatanya? Iya
Sebabnya? Baik ku

Nganggur
Sungguh tidak produktif
Aku yang berada di kota sibuk
Bangun lalu bingung
Bingung sebelum tidur
Bingung tentang hasil
Hasil 24 jam dikurang tidur
Seperti kepompong terkeras


Bandung Pagi
Lalu matahari berusaha
Berusaha terlihat bandung
Tangan dipedal kepala dilindungi
Tak jelas, hanya saja warnanya putih
Asapkah? Kuharap kabut
Agar waktu mundur
Hingga hidung tahu

Bandung Pagi Cerah
Mulai lagi
Berganti warna lagi
Semakin cerah semakin cerah
Tapi sejuk, sepi, tenang, nyaman
Selamat pagi kamu
Iyah kamu bandung
Yang diam diam kuintip dari helm
Yang kemana mana gunung
Yang saat itu gunungnya bukan bayangan
Indah seribu hijau yang mengecil
Semakin keatas semakin kecil
Sepasang di utara, mayoritas di selatan
Jadinya aku melambat




Pa Erlan
Luar biasa
Kesan kepada beliau
Kami yang meminta gula
Dia berikan kue termanis
Lebih lagi pelengkap dan hiasannya
Yang tak manis, tapi tambah sedap
Dengan berbeda jadi terbaik
Butuh kain yang menyerap keringat
Agar kami bisa

Kami bisa, namun tak bisa balas

Puisi C isi 3

Payung
Sedia payung sebelum hujan
Meski tak ada awan
Agar bila kejadian
Payungku dan akulah
Satu satunya pelindungmu

Tak Jantan
Wanita dilihat pria didengar
Dan aku tak biasa katanya
Senyumnya katanya
Saat dia ingin tahu
Mulutku sombong
Lihatlah aku
Priakah? Wanitakah?

Canggung
Payahnya aku
Tak berdaya hanya punyaku
Waktu itu yang kunantikan
Harapanku terkabulkan
Dengan cara yang membingungkan
Kepalaku terpaksa bekerja keras
Hingga macet disana

Tak nampak hasilnya

Sabtu, 05 Juli 2014

Tentang Ini

                Bacalah! Kalau kau mau tahu bacalah. Aku kan bercerita tentang yang menghampiri kepala menyebabkan menggerakan jari. Ini adalah hasil dari pekerjaan di waktu senggang.  Kau akan protes, itu hak mu sebagai mahkluk hidup, lakukanlah sendiri saat aku tak mau mendengarkan agar tak berakibat. Sambil mendengarnya, dia adalah alat elektronik yang bisa memutarkan lagu. Inilah....

                Diam... aku terdiam sendiri disini, memikirkan yang diinginkan dan caranya kesana. Terdengar kicauan burung diluar. Aku tak merasa dipanggil, tapi aku melakukan yang biasa orang dipanggil lakukan. Ku hampiri, mereka merubah letak mereka dengan cepat ke arah awan. Tidak, aku juga tidak merasa dijauhi. Tapi kulakukan hal yang biasa orang dijauhi temannya. Murung, bersedih tanpa alasan. Iri pada burung yang seenaknya kemana saja.
                Tahukah kau yang mereka inginkan?  Yang mereka butuhkan. Iya, binatang memang seperti itu. Berbeda denganmu yang keinginannya tak habis habis. Bisakah mereka merasa senang seperti  spesiesmu? Kau tak mau jawab? Biarlah, biar aku yang sok tahu yang menjawab. Merpati atau Dara sebenarnya beda, tapi kita anggap saja sama. Tak pernah mendua. Tak seperti bang Toyib. Romantis bila diperhatikan. Senangkah kau bila menjadi pelakunya? Aku tak tahu. Tapi dia yang cantik senang katanya kalau merasakannya.
                Ah. Apakah mereka hidup untuk merasa senang seperti kamu, aku, dan kaka adikmu? Kalau kau mau tahu, belajarlah. Kini Angsa. Yang kubahas kini angsa. Yang katanya mereka setia. Yang katanya hidupnya senang bila bersama pasangannya. Yang akan murung bila pasangannya sudah tak mungkin ditemukan dalam keadaan hidup. Mereka akan mati, pasangan mereka habis, kesenangan mereka habis.
                Kesenangan. Bahagia. Kesenangan dan bahagia. Apakah berbeda? Kuanggap sama, jadinya tidak menjadi masalah. Sederhana, katanya cukup dengan melakukan yang ingin kau lakukan. Kutambah dengan syarat kau tak boleh menyesalinya. Kau juga mau menambahkan? Atau membantah? Terserah,  lakukanlah selagi bisa, demi kamu, demi membuatmu merasa senang juga.
                Berpikirlah sekarang, apa yang ingin kau lakukan? Mulai, dimulailah kegiatan olehmu. Kegiatan abstrak. Diam, tapi sebenarnya kau diam. Memang benar diam, ditambah berpikir. Itulah kegiatanmu tadi. Membayangkan macam-macam keadaan dimana kau sebagai pelaku utamanya. Ada ingin merasakannya dengan indranya. Mereka berusaha.
                Aku hanya bisa tertawa. Aku ingin cepat merasakannya. Tapi, setelah dirasakan malah menyesal karena ini terlalu cepat selesai. Terlihatlah di khayalan keinginan yang lainnya. Seperti itu terus sampai tak bisa berkhayal. Tak usah memikirkan keadaan itu. Sekarang, saat ini, saat sebelum aku melakukan hal selanjutnya. Mencoba untuk menemukan rasa baru. Rasa senangkah itu? Bila kulanjutkan yang kulakukan ini, benarlah jawabanmu bila kau menjawab iya.

                Masih ingin kulakukan ini, tapi kini malas menghampiri. Aku mengusirnya. Entahlah kini bukan karena malas. Ini awal, orang suka bilang begitu. Semoga berkelanjutan, semoga kau menanti kelanjutannya.