Nanti Senang

Tenang, senangnya nanti saja setelah menang

Minggu, 16 November 2014

Suram

Suram terus
Motivasi yang telah tenggelam kedalam zona ketidaktahuanku. Sinarmu yang terlihat sekarang hanyalah sisa sinar dari masa lalu yang sebentar lagi lenyap. Siapa yang sekarang buta arah? Kemana aku harus berlari, saat aku telah tertinggal peserta lain.Dan mimpi-mimpi sudah melambung lebih tinggi dari alam mimpi. Kamu, kemarilah, bantu aku, hidup.
Sekarang lelah tidak berbuah. Sudah aku lahap waktu-waktu yang terasa hambar. Tawa-tawa teman hanya suara yang tak mengundang tawa, mengganggu. Apalah arti kata menarik? Lupa aku akan kata itu, hilang arti kata itu terbawa olehmu. Kemana?
Coba tekan saklar yang menempel di dinding kering. Semuanya jadi memantulkan cahaya yang tak ingin kuterima. Bukan aku ingin buta. Hanya saja, kalau boleh, aku ingin jadi pangeran tidur, yang curang karena hanya bisa dibangunkan mimpinya sendiri, Sang Putri.
Di bumi kerdil, menurut matahari. Bersembunyi dimana lidi pembersih hati ini? Maaf aku bukan penjudi pintar. Tak berani menukar malu dengan ilmu tentang kamu. Dan malu yang kusimpan ini, membusuk membuatku layu, perlahan.

Aku jadi hobi melintas waktu dengan tidak sadar. Menunggu seperti bukan lelaki. Menarik seperti betina. Dan tersirat seperti wanita. Andaikan aku bukan laki-laki, pasti aku menawan. Hanya perandaian, bukan permohonan, apalagi doa.

Puisi C isi yang tertampung

Hujan Sebelum Malam Minggu
Hujan memelukku erat
Hingga bajuku ketat
Dan dia menemaniku menangis
Pasti hujan senasib denganku
Di sebentar lagi, di malam minggu

Ketika Kamu Sakit
Sakit kamu jatuh dari motor
Pararel dengan hatiku
Yang merasa dijatuhkan burung elang

Sebagai Surga
Liciknya dirimu
Hanya dengan tersenyum
Bisa mengalahkan Mahameru dan Raja Ampat
Dalam daftar destinasi yang kan kutuju
Sebagai surga

Buta Warna Mata Hati
Ada yang namanya mata hati
Mungkin mata hatiku menderita buta warna
Karena lampu hijau darimu tak pernah hijau
Selalu warna merah bergantian dengan merah lainnya
Kata hatiku

I 3
Besok menu makanmu apa?
Aku salah satunya
Sebagai cokelat
Yang menutup lelahmu, menemani santaimu

Jatuh Hati
Aku perahu
Singgah dan melihat pulau senyummu
Aneh, jangkar hatiku terjatuh
Dan sialnya
Berat sangat jika diangkat

Tertawalah
Tertawalah
Aku menikmatinya
Kubuat kau tertawa riang
Aku sedang berbangga senang
Tertawalah bersamanya
Semua suara serasa suara menertawaiku

Soal Kejar Mengejar
Soal kejar mengejar
Tanyakan saja pada predator yang sudah kenyang
Dulunya mereka kurus dan cepat
Lalu jadi bahagia dan bisa istirahat

Cara mereka mengejar mangsanya seperti mengatakan kepadaku
Fokus saja pada apa yang kau kejar
Buat dia merasa istimewa
Dan dia akan merelakan hidupnya untukmu

2 Meter Darimu
2 meter dekatmu memang menyenangkan
Mengapa tak bisa lebih dekat?
Pertanyaan ini terus menghantui
Terus menghantui membuat sibuk sendiri

Lalu kau mendekati
Dia, temanmu yang kau dekati
Lalu aku juga ada yang mendekati
Dia, rasa sesal yang sesak di hati

Meleleh
Hai
Jangan senyum dulu
Tunggu aku ditiup
Setelah mengirimkan doa

Sekarang
Silahkan tersenyum indah, hangat
Aku sudah boleh meleleh

Insomnia
Disini gelap aku ingin terlelap
Maksudnya pingin istirahat
Tapi otak ini masih keasikan
Masih semangat menciptakan dirimu
Yang tidak nyata
Tidak menyenangkan memang

Terus berpikir
Sialan, masa lalu sedang ingin diputar
Karena perhatian, kamu melarang
Senangnya memikirkan masa besok
Sedang kuputar bayangan indah sialan
Tetap saja berpikir

Telmi
Ah, ide cemerlang
Kenapa terlambat datang
Tapi takkan kubuang
Semoga kejadiannya berulang
Di masa yang akan datang
Dan dengan hasil yang buat senang
Dan kita lebih dekat berbincang
Selalu terbayang

Harapan Denganmu
Senyummu beri aku harapan
Yang selalu terbunuh saat aku cemburu
Akankah habis harapan ini?
Terjadi apakah bila habis?

Memikirkanmu
Memikirkanmu adalah keajaiban
Saat itu, aku fokus terhadap sesuatu yang tidak ada
Tapi harus ada yang dikorbankan
Duniaku tenggelam dalam lamunan

Tak peduli
Aku ingin tak peduli
Tapi aku hanya bisa jadi aktor
Dan juga ini jalan yang salah
Karena hati benci berpura-pura

Sungguh hatiku tidak nyaman
Auramu terlalu istimewa
Jadi merasa rendahan
Karena didalamnya selalu serba salah

Bagai kumbang
Yang hilang radarnya
Tak bisa mengejar bunya yang diam
Takut menghisap bunga yang salah

Padahal aku punya mata
Yang mengatakan semua
Yang mengatakan dia indah
Yang mengatakan dia disana

Dan malah aku menutup mata
Tuk tak lihat keindahannya
Karena aku merasa tak pantas
Aku hanya serangga

Dan kau
Bunga terindah yang sedang disinggahi lebah

Kemarin sampai besok
Kemarin hatiku keras
Kemarin aku malas
Kemarin aku telat
Kemarin selalu penat

Lalu
Tadi mata kita saling lihat
Janji kita saling sepakat

Jadi
Besok aku kan semangat
Pagi kuberi kata selamat
Mampu bangun di pagi gelap
Berangkat cepat, menjemput harap

Sebelum Bertemu
Menghitung waktu hingga saatnya
Janji berdua terkabulkan
Sebelum itu masih banyak
Resah gundah dan sebagainya

Jodoh
Yang ada di tangan Tuhan
Jangan kemana-mana dulu
Sebentar lagi aku datang menjemput
Lalu meminta dibawah tangannya
Mungkin Tuhan takkan melepaskan begitu saja
Dan pasti aku takkan menyerah begitu saja
Syaratnya baca Quran sampai tamat
Aku hanya baca al-ihklas 9 ayat
Tuhan melepaskannya
Tuha jangan bersedih
Aku akan mengembalikannya
Karena tempatnya seharusnya di surga

Masa lalu, lalu Sekarang
Aku memberimu masa lalu
Yang indah namun menyesalkan
Yang penuh kenangan namun mengecewakan
Yang menghasilkan sekarang yang membingungkan

Dulu kita dipertemukan
Dulu aku bersyukur senang
Dulu aku selalu tenang
Dulu kau tak perlu kukenang

Kini pertemuan harus kuperjuangkan
Kini aku menyesal pernah mengenalmu
Karena kini hati memaksa mengejarmu
Namun belum pernah kuturuti itu

Melawan hati sendiri sungguh menyakitkan
Ketika kau hadir, kau cetuskan konflik batin dalam diriku
Hatiku dengan seenaknya memaksa mendekati hatimu
Namun rasa malu melawan, menyarankan mencari aman

Dan lalu aku mencari aman
Tapi yang kutemukan sekarang hanya penyesalan
Meminta maafkah jalan keluar?
Salahkah semua bila kubiarkan?

Salah Tingkah
Kau membuatku selalu kalah
Dalam lomba menghindari salah tingkah
Dan jauh lebih parah

Bicara wajar saja sudah susah