Hadiah yang takkan Pindah Tangan
Hari
ketika semuanya bersantai, beberapa bernyanyi didepan berhala, aku tahu kamu
tak ikut bernyanyi bersama mereka, tapi bernyanyi bersamanya, kemungkinan yang
menyakitkan. Siapa yang takut ketahuan berpasangan? Aku, karena aku berpasangan
dengan pria. Dan kamu juga tentunya, dengannya, si Manusia yang gemar
membonceng dirimu, bukan aku.
Hari
itu, ketika para pasangan mengingatkanku pada diriku yang bukan salah satu dari
mereka. Iri, mengiris-ngiris hati tapi tak pernah habis. Tolong hentikan
keadaan ini. Bodohnya aku. Yang bisa menolong diriku hanyalah aku sendiri.
Motor ini hanya membawa jasad kosong yang batinnya sudah hampir habis dilibas peristiwa.
Cemburu tidak menguras hati, tapi memanaskan karena memang terasa panas, hingga
kering, hingga mengkerut, hingga hilang indra merasakan perasaan. Coba
bayangkan bila aku masih bisa merasakannya! Pasti terasa sangat sakit,
untungnya Tuhan baik sekali.
Hari
minggu, di bandung yang mendung. Aku membuat bendungan penasaran. Sungguh,
kukira aku akan menemuimu. Tapi dimana dirimu? Dimana kita akan bertemu?
Bendungan itu tak kunjung jebol, tak bocor sedikitpun. Sayang, bendungan itu
bocor ketika aku sudah pindah kota. Air penasaran itu tak membasahiku
sedikitpun. Hanya membuat danau baru yang dinamai danau Kekecewaan.
Hari
minggu malam, di tempat yang dipenuhi kata-kata penyesalan karena kita tak
bertemu. Aku masih mengingatmu. Kamu mungkin masih bersenang-senang. Atau dia
masih kesenangan. Hari memang hampir berakhir. Tapi aku masih ingin melakukan
sesuatu, untukmu. Motor Revo tak mungkin berjalan sendiri untuk membeli hadiah.
Aku mengantar motor itu membeli hadiah. Hadiah itu kusimpan di kantung harapan
yang hampir hilang di gelap malam. Untung aku masih mencari.
Hari
setelah minggu, hadiah itu terbawa tangan yang ingin mengenggam tanganmu. Aku
tak minta apa-apa. Bolehkah bila kusodorkan tanganku beserta hadiah ini
diatasnya dan kau ambil lalu kau gantikan posisi hadiah itu oleh tanganmu
sendiri? Memang bisa disebut aku meminta pamrih lebih. Tapi sungguh. Kenapa tak
ada sedikitpun waktu untuk bertemu? Kenapa ketika ingin bermain ditengah hujan
tapi tidak kebasahan, setetes pun? Kenapa ketika ingin bergoyang dikerumunan
tapi tak ada yang ikutan? Kenapa ketika ingin berjalan di pegunungan tapi tak
ada tanjakan? Ini semua tentang Kenapa dan Kapan.
Sudah
berapa hari hadiah ini bersedih. Dia akan bersedih bila tidak berguna. Jadi,
tolonglah. Hanya kamu yang bisa membuatnya senang. Tangan yang lain takkan
membuatnya berjasa, hidupnya akan hampa. Takkan ada monumen untuknya bila
seperti ini. Jadi, tolonglah. Marilah kita berdekatan, untuk beberapasa saat
yang akan melambat. Cobalah, tunjukkan sedikit kesediaan untuk menerima
kejutan. Awan-awan harus beradu untuk
membuat kejutan untuk sejuta orang. Bumi dan bulan harus berdekatan untuk
menghidupi nelayan dan ikan-ikan. Para bos harus ketemuan untuk memulai proyek
besar. Jadi, tolonglah. Dari banyaknya benda yang kau punya. Aku hanya minta
yang tak nyata. Bersediakah kamu, aku hadapi dengan gugup yang wajar? Semoga
hadiah ini jatuh untuk tersenyum di hangatnya genggamanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar