Nanti Senang

Tenang, senangnya nanti saja setelah menang

Rabu, 25 Februari 2015

Sejarah Pangeran Kodok

Sejarah Pangeran Kodok
Setengah tahun sebelum masehi, bumi tidak terbelah dua, namun semua umat manusia terbagi menjadi tiga, tiga kubu, kubu kerajaan Besi Lambat, kubu kerajaan Kayu Cepat, dan kubu netral.
Kubu netral sebenarnya bukanlah sebuah kubu, melainkan mereka yang membenci perang dan mencintai kedamaian. Kebanyakan anggotanya adalah pemikir, ilmuan, filsuf, dan mata-mata ahli. Mereka berjumlah sedikit namun berbahaya. Ada yang sangat membenci perang, hingga menghabiskan banyak waktu hidupnya untuk kedamaian.
Kerajaan Besi Lambat adalah kerajaan dengan kekuatan perang yang dahsyat. Pertahanannya tak pernah roboh diserang pasukan sebanyak apapun. Kelamahannya adalah mudah dimasuki mata-mata. Hebatnya, mata-matanya tidak mungkin orang dari dalam kerajaan, saking hebatnya loyalitas para rakyat kepada kerajaan. Saat ini Kerajaan besi lambat dipimpin oleh Raja Darwin Laksimpansi dan Ratu Tiranium. Raja Darwin adalah prajurit tercepat di kerajaannya. Sering kali, beliau sendiri yang menangkap mata-mata yang masuk dikerajaannya dan langsung dibunuh ditempat. Sedangkan Ratu Tiranium adalah penyihir tingkat tinggi.
Kerajaan Kayu Cepat memang lemah dalam peperangan barbar. Namun mayoritas dari mereka pandai membuat jebakan dan memata-matai. Acap kali strategi perang kerajaan musuh telah diketahui sebelum pertempuran terjadi. Kelebihan lainnya adalah kerajaan ini memiliki sekolah memanah yang menghasilkan pemanah-pemanah jitu. Salah satunya adalah Ratunya. Dia adalah Ratu Targeria, pemanah paling hebat didunia. Pemanah paling hebat kedua didunia dan mata-mata paling hebat kedua didunia adalah Sang Raja Kerajaan Kayu Cepat, Raja Robin Jerry. Raja yang satu ini jarang terlihat duduk di singgasananya. Lebih sering memata-matai, menyamar, dan mencuri dari kerajaan musuh.
Bob Damri bisa menyamar menjadi siapapun. Dengan begitu, dia bisa dengan mudah bergerak kemanapun dia mau, berteman dengan siapapun dia mau, dan menjadi siapapun dia mau, bahkan menjadi raja. Pernah dia menyamar menjadi raja Darwin lalu memerintahkan prajuritnya untuk berperang di suatu tempat, padahal di tempat itu tidak ada musuh. Bukan tanpa kelemahan, Bob ketika masih anak-anak pernah terkena sihir Ratu Tiranium. Membuatnya akan menjadi kodok bila waktu bulan purnama.
Suatu ketika, setelah suatu pertempuran di suatu daerah selesai, pasukan dari kedua kerajaan berpulang ke masing-masing kerajaan. Betapa kagetnya orang-orang kerajaan Besi Lambat. Bagaimana tidak? Tiga Raja Darwin datang dari gerbang yang berbeda secara bersamaan. Di istana kerajaan mereka bertiga bertemu. Para penjaga kebingungan. Apa yang harus dilakukan? Salah satu raja Darwin memerintahkan mereka untuk tenang saja. Disetujui dua raja Darwin lainnya. Ketiga Darwin itu lalu memasuki suatu ruangan yang akan hanya diisi mereka bertiga. Sebenarnya ini rencana Raja Darwin yang asli untuk menghabisi dua Darwin lain yang palsu. Dua Raja Darwin yang palsu tidak bisa menolak, karena jika menolak akan dicurigai sebagai Raja Darwin yang palsu. Dalam ruangan itu mereka bertiga bertarung. Yang bertahan hidup adalah Bob. Dua mayat yang lain Bob sembunyikan agar tak ada yang tahu kejadian sebenarnya.
Bob menyadari, cepat atau lambat akan datang saatnya mayat Raja Darwin ditemukan. Kebiasaan Raja Robin membuat rakyat kerajaan Kayu Cepat sukar mengetahui keadaan rajanya. Jadi Bob menyamar menjadi Raja Robin untuk beberapa bulan. Bob jatuh hati pada Ratu Targeria. Ratu Targeria hamil.
Para ilmuan dari kubu netral telah selesai. Telah menyelesaikan proyeknya. Mereka melaksanakannya. Terjadilah banjir besar buatan yang menenggelamkan hampir seluruh permukaan bumi, menyisakan dua lantai teratas dua istana kerajaan itu. Ratu Tiranium melihat mayat suaminya yang terapung dengan panah masih menancap di dadanya. Ratu Tiranium sangat marah. Dia mengira Ratu Targeria pembunuhnya. Demi membunuh Ratu Targeria, Ratu Tiranium menggunakan sihir kuatnya untuk menaikkan tinggi banjir hingga lebih tinggi dari istana kerajaaan. Maksudnya untuk menenggelamkan ratu Targeria, Raja Robin yang sebenarnya adalah Bob Damri, dan dirinya sendiri. Ratu Targeria yang sedang hamil panik, karena banjirnya terus meninggi. Para ilmuan yang mengamankan diri di lantai dua dari atas kerajaan kaget. Banjir yang telah diperhitungkan tak akan menenggelamkan mereka ternyata melebihi perkiraan. Semua kubu netral tenggelam.
Bob telah mengetahuinya, jadi dia telah membuat sampan. Mereka berdua selamat dari banjir besar. Setelah bumi kembali bisa dihidupi, hanya ada mereka berdua dibumi. Ratu Targeria melahirkan. Ada empat pangeran kembar yang lahir dan dua putri kembar. Anehnya, dua dari empat pangeran bertubuh buruk rupa menyerupai kodok. Tentu Ratu Targeria curiga. Bob hanya bisa jujur. Karena Bob telah menyelamatkan nyawanya, Ratu Targeria memaafkannya.

-  Muhammad Habib Ilman

25 Februari 15’

Sabtu, 21 Februari 2015

Curug Bugbrug

Curug Bugbrug
                Bugbrug? Seperti efek suara dari pertengkaran sajah. Hahahahahah. Maaf gak lucu.

                Jadi begini, kenapa sih Bugbrug? Kok namanya Bugbrug? Bangus banget namanya Bugbrug, siapa yang ngasih nama? Bapaknya? Bapaknya siapa? Uyutnya yang ke 23 siapa? Apakah berhubungan dengan Hitler? Atau apapun? ( maaf gak lucu, lagi )

                Simple sih, namanya Bugrug karena saat jatuh seperti bertumpuk-tumpuk atau ngabugbrug.

                Air terjun atau curug ini tingginya 50 meteran lah (aku mungkin saja jatuh dari ketinggian begini bila menuruti perintah teman, untungnya aku lumayan cerdas ). Lalu bila kamu jatuh dari atasnya akan jatuh kedalam kolam sedalam 3 meter. Dengan airnya yang segar, jernih pula, akan terasa seperti iklan minuman soda berinisial SPRIT*. Iklan itu loh, yang nyebur ke lantai, eh malah jadi air. Gitu deh.
                Nah, berawal dari gabut, liat-liat instagram, lalu ketemulah foto kurang lebih begini
 
apa reaksimu bila yang seperti ini ada didekat rumahmu?


                Dari situ tim explore kembali dibentuk. Singkat cerita, sepulang sekolah, dikala hujan rintik-rintik menyerupai gerimis, terkumpulah 4 manusia hebat menjurus nekad dan gak ada kerjaan. Mereka adalah 4 siswa dari SMA yang jarang memberikan libur. Libur begitu langka, hingga kami tetap kekeuh akan melakukan trip ini walaupun hujan. Terdiri dari Habib(saya), Agus, Yaksa, dan Ridlo. Ridlo ini orangnya easy-going menurutku. Bahkan menyebabkan perjalanan bertiga ke stone garden pada waktu sebelumnya bisa terwujudkan berkatnya.
                Menghabiskan sekitar satu setengah jam lebih bila kamu pergi dari Taman Dago menuju curug Bugbrug. Menemukan lokasi curug ini adalah sukar. Tidak ada petunjuk jalan yang menampakan namanya. Tapi jangan khawatir, jiga kamu tetap ingin kesana, ada beberapa kata kunci yang bisa kamu tanyakan pada orang di pinggir jalan :
1.       Bandung
2.       Cimahi
3.       Parongpong
4.       Cisarua
5.       CIC
6.       Curug cimahi (karena letaknya berdekatan)
7.       Curug Bugbrug
8.       INDONESIA

Waktu itu, karena katanya akses menuju curug Bugbrug ini belum selesai. Jadi mengharuskan kami memarkirkan motor didepan rumah warga, tentunya setelah permisi dan minta ijin. Lalu jalan menyusuri jalan setapak yang basah disentuh hujan beberapa menit sebelumnya. Sungguh tenang rasanya disana, ditemani hijau-hijau daun berbutir air segar.
                Berjalan sebentar mempertemukan kami dengan sungai. Menyeberangi sungai bisa dengan menggunakan jembatan yang sudah disediakan juga bisa dengan menyeberangi sungainya langsung seperti manusia yang hampir gila(yakali ngapain lu nyeberangin sungainya dengan nyemplungin kaki lu padahal disana udah ada jembatan?). Setelah jembatan hanya tinggal jalan lagi sekitar 15 menit.
                Yang membuatku senang adalah pemandangan indah seperti yang di instagram, mirip sekali. Dan yang membuatku lebih senang adalah pos atau saung yang bertuliskan tarif masuk per orang. Kenapa senang? Karena posnya kosong! Gyahahahahaha. Trip sepulang sekolah memang menyenangkan dengan caranya sendiri. Walau waktunya terbatas namun bisa membatasi pengeluaran hehe.
                Teruslah berjalan kami dari sana. Hingga sampai dibawah. Melihat tebing coklat, hijau, air, daun, akar, dan batu. Jika beruntung, jika jeli, kamu akan menemukan pelangi seperti kami. Saya tidak menganjurkan kalian untuk berenang, walau sebenarnya saya ingin sekali berenang disana. Bagaimana tidak? Why not? Dingin airnya begitu mempersilahkan. Hijau airnya bukan karena tidak jernih. Curug ini menyuguhi kami ketenangan.

 
Habib dan Yaksa tidak jadi berenang

Agus alay

Ridlo sukanya siluet by:Habib

Jumat, 06 Februari 2015

Stone Garden

Stone Garden
Telah kuincar sejak sebelum liburan destinasi yang satu ini. Kadang terpikir juga ketika jenuh untuk pergi sendiri kesana. Tapi, setelah aku baca-baca blog dan liat video tentang Stone Garden ini, pikiranku meng-asumsikan bahwa Stone Garden ini adalah sebuah gunung kecil yang sepi, yang dibawahnya ada gua bernama Gua Pawon. Jikalau aku pergi kesana sendirian, Gua Pawon tak akan berani kucicipi. Bahkan menuju ke Stone Garden nya pun aku belum tentu berani. Ada foto di google yang memperlihatkan foto beberapa anak kecil yang bermain diantara batu yang artistik ini. Aku menyimpulkan bahwa dari tempat parkir menuju Stone Garden ini hanya mendaki yang tidak terlalu sulit, anak kecil saja bisa. Juga aku berpikir mungkin bila aku pergi sendiri akan bertemu anak-anak ini dan bisa bermain di Stone Garden bersama, kan menyenangkan? Sayangnya aku masih saja takut sendiri.
Jadi, ya, jadi bagaimana lagi, harus mencari dan mengajak teman. Pertama sekali, mengajak sekolompok teman di grup line, dengan meng-share screenshot Stone Garden yang kuambil dari akun instagram Explorebandung. Tidak ada balasan, hanya di read. Kedua, teman kelas. Kebanyakan teman kelasku adalah warga-warga Bandung Timur yang bila bermain ke Stone Garden itu jauh katanya.  Namun, setelah aku tanyakan di grup line, beberapa memang ada yang berkata “Hayu atuh” atau “hayu”. Lalu menentukan hari. Dan beberapa hari sebelum hari H terjadi percakapan via line. Kebetulan hari-hari sebelumnya sering terjadi hujan. Membuatku memberi info tentang cuaca yang akan membuat trek hiking ke Stone Garden akan menjadi licin dan berbahaya. Sudah kuduga, pasti banyak yang akan membatalkan. Ya sudahlah.
Namun, ajakan kedua ini tidak menghasilkan sesuatu yang sia-sia. Satu teman kelasku yang tinggal di cimahi seperti ngotot pingin kesana, namanya Ridlo. Ajakan ketiga aku arahkan pada mereka, teman-teman smp ku dulu, termasuk Ridlo. Ada yang diajak via line, ada yang diajak via bertemu langsung. Diakhir pekan liburan aku bermain basket dengan Zaki. Disana kuajak dia, dan dia mau, mungkin karena gak ada kerjaan dirumah, atau bosan. Mereka yang diajak via line seperti mau-tidak-mau. Membuatku bingung saja. Tinggal menentukan hari.  Hari yang terpilih jatuh pada hari pertama aku dan Ridlo masuk sekolah. Dan anggota yang berangkat diperjalanan ini hanya bertiga, aku, Ridlo, dan Zaki.
“Gatau bib, pokoknya harus jadi,” Begitu katanya, kata Ridlo, saat menjelang bel pulang sekolah. Bingung juga, tapi inilah yang aku suka darinya. Ketertarikannya akan petualangan diatas rata-rata manusia seumurannya. Dia adalah manusia langka. Manusia yang easy going adalah manusia yang langka, yang keren, dan hebat dah. Sepulang sekolah langsung CAW! Menuju rumah Zaki karena memang searah dengan Stone Garden.  Perjalanan tiga sekawan dimulai di siang hari, di depan komplek yang ada patung kudanya, di daerah Padalarang.
Para blogger menuliskan bahwa perjalanan dari Bandung ke Stone Garden hanya menempuh waktu 1 jam.Tidak seperti ekspetasi, kami yang memulai perjalanan dari Padalarang harus menempuh waktu 1 setengah jam, mungkin lebih. Dikarenakan tersesat dan macet. Namun, tersesat gak semenyebalkan yang seperti kamu kira. Tersesat itu menyenangkan. Dan aku punya info penting. Ketika kamu sudah sampai di daerah yang banyak truk besar pembawa kapur dan tentunya kamu sudah bisa melihat banyak gunung kapur, bila kamu berangkat dari arah Bandung, sering-sering lah menengok ke arah kanan, jangan mengebut, nanti terlewat, bahkan jalur di GPS pun salah bila kamu mengebut. Di sisi kanan akan ada gerbang menuju suatu jalan menurun. Di gerbang atau gapura itu ada tulisan situs wisata *kalo tidak salah, mm saya sedikit lupa. Aku melihat gapura itu, dan kami melewatinya begitu saja. Jadi aku stop motorku ke pinggir jalan. Mereka juga sama. Kubilang bahwa kita harus berputar. Dan benar saja, kita menemukan jalan menuju Stone Garden dan Gua Pawon, walau sedikit rancu juga, karena hanya ada penunjuk jalan menuju Gua Pawon. Yasudah kita ikuti petunjuk jalan itu.
Sampailah di Gerbang Gua Pawon. Bayar tiket dulu, tanda tangan, parkir motor, dan Caw! Lets Explore! Jalan jalan jalan, terlihat jalan menuju Gua Pawon yang lumayan sulit. Jadi kami berjalan dulu kebawah, entah kemana, sepertinya kami salah jalan, tak apa, hikmahnya disini kita menemukan ular hidup. Udah jarang ada di kota mah yang kaya beginian. Dengan sombong kita foto ular itu.
Lanjut ke Gua Pawon. Gua ini menyimpan stalaktit, stalakmit, kelelawar atau kalong, tai kelelawar atau kalong, replika fosil manusia purba, dan banyak lagi. Disarankan agar memakai tangan lengan panjang, juga celana panjang, jangan lupa buff dan kupluk. Kulit temanku yang terkena tai kalong menjadi bentol dan seketika gatal. Untungnya tidak menjadi masalah besar. Dia terkena tai lalat ketika akan memotret lubang diatap gua yang banyak berterbangan kelelawar disana. Mungkin ada kalong yang boker di udara dan jatuh tepat di tangan si Zaki. Akurasi yang hebat.
Lanjut ke tempat parkir. Di tempat parkir ada jalur hiking menuju Stone Garden. Jalurnya licin bro. Kemarinnya hujan. Dan kita bertiga udah gak mau ambik pusing lagi menentukan hari. Dan hujan di hari kemarin pun ada hal positive nya loh. Ada. Langit dikala itu jadi lebih indah dan bersih. Setelah ber hiking ria selama sekitar 20 menit kita sampai di suatu tempat yang ada posnya. Disana kamu bisa melihat beberapa motor terparkir. Lupakan. Walau ini kenyataan. Disana kamu akan melewati pos, dan akan ditagih uang, nomor telepon, dan tanda tangan oleh beberapa remaja yang menjaga pos itu. YEAY! Kita sampai di Stone Garden. Sekarang liat-liat aja fotonya yah.
Bukan keluar dari Gua Pawon

Temennya Stone Garden




Ular hidup liar yang keren

Pulang telat



Lubang di langit-langit Gua Pawon, banyak kalong dan Tai terjun




Dan terakhir, aku ingin menyarankan. Bila kalian melewati Kota Baru atau Puspa Iptek. Sempatkanlah untuk singgah ke masjid Al-Irsyad karya Ridwan Kamil. Aku salat maghrib disana, dan rasanya mengagumkan. Dan bila kalian makan dulu di dekat tempat parkir masjid itu. Sampaikanlah salam dariku kepada kucing pintar berwarna putih orange, juga pada pemilik warungnya.


Sebenarnya, kami merekam juga, tapi terlalu amatir, jadi tidak usah di upload
Dan ditengah acara hiking ini, kami kebingungan mencari nama untuk tim ini. Ada yang mau memberi saran dengan cara komentar? tolong.....?

Jumat, 23 Januari 2015

Ranca Buaya

Nekad Ranca Buaya
                Maap2, kalo di instagram tuh posting beginian pasti pake #latepost, soalnya dilaksanakan tahun lalu(2014). Short trip yang satu ini seperti yang saat ke Papandayan, dilakukan tepat beberapa hari sebelum bagi rapot. Bisa dibilang lebih ekstrem, aku pergi kesana tanpa minta ijin loh. Kenavah? (ceritanya anak alay tiba2 jb jb nanya). Ya soalnya RancaBuaya itu gak bisa dibilang deket dari rumah, mana trek kesananya lumayan sedikit susah, dan paling parahnya tuh aku kesana cuman berdua satu motor, pastinya pake Revi, motorku revo. Bersama Jhon, dia kupanggil jon, jarang ramdan, kadang-kadang Hafizh.
                Direncakan semalam sebelumnya via line. Jon bertanya, “bib mau kabur gak?”. Aku bingung, dia menjelaskan, tanpa pikir panjang aku tanggapi, “hayu aja” karena udah dari lama aku ngebet banget pingin ke pantai.
                Dimulai dari hari keberangkatan, paginya tuh aku sekolah, jon juga. Sepulang sekolah kita bertemu, dengan tenang dia menjawab pertanyaanku,”terserah, gimana nantilah”. Beberapa jam berlalu hingga sekitar jam 4 atau 5. Setelah jon menyelesaikan urusannya, kita berangkat dari sekolah menuju rumah jon( memang rumah jon akan searah bila kamu mau ke garut dari dago ). Di rumah jon aku solat maghrib dan tidak makan. Oke, persiapan sudah tercipta masih berantakan memang tapi kita sudah telat jadi harus disegerakan.
                Berangkatlah kita bersama semua orang yang tidak kukenal yang pulang kerja di jam 7 malam itu. Melalui nagreg dulu pertama. Disana kita singgah dulu di masjid untuk makan saja hehehe. Sialnya, nasi goreng disana tuh gak sesuai dengan isi dompet kita, namun rasa lapar memaksa. Dan ternyata kita sial lagi, nasi gorengnya tuh 17ribu tapi gak lebih banyak dari nasi goreng di depan sekolahku yang harganya cuman 6ribu. Selesai makan kita kabur mumpung gak ada tukang parkir.
                Sekitar jam 8 atau 9 kita sudah sampe di indomar*t, indomar*t garut tapi, keren kan? Kenapa harus indomar*t? Kenapa gak alfa centauri? Karena alfa centauri gak bisa seduh popmie hehe. Serius deh, saat itu disana hujan jadi memaksa kita untuk meneduh di ituh indomar*t. Disana aku makan popmie. Menunggu hujan selesai.

                Nah dari sini kebodohanku kambuh entah kenapa. Secara sudah jam malam dan kita harus istirahat. Sudah ditawari menginap dirumah om-ku oleh mamah, mungkin sudah disiapkan kasur empuk dan ayam tiren, malah aku melewatinya begitu saja, hujan lagih, yasudahlah. Sekalian flashback, kita jadinya tidur setelah shalat isya di masjid kaki gunung papandayan. Sebenarnya kita bisa singgah dulu di warung yang dulu jadi tempat menginap sebelum mendaki papandayan, siapa tahu ditawari menginap lagi, tapi kebodohan itu belum sembuh, sebaiknya aku tidur saja.
                Seperti yang kuduga ketika malamnya, kita pasti telat berangkat besoknya. Garut pagi memang indah. Perjalanan dari situ pemandangannya luar biasa. Ada Cikuray, gunung, awan, jalan sepi, kabut, basah, licin, sawah, kebun, sedikit hutan, dan bukit. Juga ada pom bensin kecil yang jarang kamu temui di pusat kota. Tak banyak cerita di perjalanan. Hanya Jon yang muntah di depan tempat makan yang belum menyediakan nasi, jadi disana Jon hanya beli mie dan aku kopi. Kita sampai di pesisir itu pukul 7 atau 8. Yahhhh tak sempat melihat sunrise. Tapi tak apa, mendengar deburan ombak sajah aku sudah tertawa bahagia seperti anak kecil yang dipertemukan dengan power ranger. Iyah aku tertawa karena sudah sangat lama yang kudamba ini terwujudkan juga. Ada rasa bangga yang membuatku merasakan bahwa aku adalah petualang. Rasanya seperti petualang itu adalah sebuah gelar yang tak mudah diraih, maksudku siapa coba yang mau pergi dari bandung ke pameungpeuk tanpa membawa uang lebih dari 100ribu? Siapa coba yang sepulang sekolah langsung pergi ke pantai dan masih memakai seragam? Aku dan Jon adalah manusia langka.
                Sabar, sebelum ke RancaBuaya kita singgah dulu di sebuah tempat. Disini viewnya edan men! Depanmu itu laut, belakangmu itu tanah luas minim rumah, banyak bukit, gunung dan anak-anaknya. Mungkin setelah sejam atau kurang kita mengambil gambar disana kita melanjutkan perjalanan.
Jangan terjun, airnya asin


                Yeayyy! Finish! Entah aku balapan sama siapa? Tapi aku merasa sangat juara. Disambut oleh pasir, perahu, pantai, dan Patrick Star. Pantai rancabuaya tuh memiliki area lumayan kecil yang airnya tuh tenang, disana banyak hidup bintang laut, bulu babi, kepiting(Tuan Crab), dan siput laut(Atau Gary peliharan spongegob). Sayangnya kita gak bertemu spongebob, aduhh padahal aku nge fans banget tuh sama si bob tapi sekarang udah engga jadi gak kecewa hehehe. Udah males cerita, enjoy the picture aja yah.

Airnya jernih brohh


Hi patrick

Main main endiri

kakeknya patrick



                Sekitar jam 11 kita berangkat pulang, say goodbye to some little boy, but dicuekin, gapapalah orang akunya juga suaranya gak kedengeran. Nah jalur pulang kita nih beda sama jalur sebelumnya kita pergi. Kita sekarang lewat pangalengan. Explorenya tuh lebih kerasa lewat sini, trek awalnya tuh rada ekstrem. Kanan kiri jurang broh! Dan aku sempat lihat burung besar, mungkin elang. Ada kebun teh yang bagus buat jadi background foto dan lewat sebuai danau indah yang membuat mataku melek lagi, padahal udah lelah bermain di RancaBuaya. Jam 3 atau 4 kita udah nyampe dibandung. Kuantar Jon sampe rumahnya. Selamat tinggal teman, anda luar biasa. Dan aku harus pulang melawan macet sambil sempoyongan.

End

Rabu, 14 Januari 2015

Percakapan setelah Alun-alun

Percakapan setelah Alun-alun
Ini adalah percakapanku dengan Agus pada 14 Januari 2015, 13 hari setelah tanggal 1, hanya hari biasa. Diatas jok motor ada yang duduk berdua tapi hanya kulewati karena aku tidak mengenal mereka. Motor itu kini sudah kulupakan. Diatas jok motorku yang sedang melaju tadi ada Agus yang kutitipi cilok karena aku yang mengendarai. Dia memasukan 2 cilok ke dalam mulutnya, padahal 1 cilok juga sudah cukup menurutku, dia memang serakah. Tiba-tiba, Agus berkata dan aku tidak kaget.

Agus: Bib kayaknya kalo tadi urang(aku dalam bahasa sunda) puasa bakal enak
                Tadi kita habis dari Alun-alun Bandung, iya memang suasananya mendukung untuk ngabuburit(menghabiskan waktu sebelum buka puasa)
                Aku: Terus bukanya disini (sambil menunjuk iklan besar di depan suatu tempat makan)
                Karena sudah terlewat, Agus jadi tak sempat lihat.
Agus: Emang yang itu berapaan?
Aku: Tujuh belas ribu lima ratus
Agus: Itu teh belum sama minum

Aku: Itu teh baru minumnya doang

Sabtu, 13 Desember 2014

Kejadian Pemberian

Kejadian Pemberian
                Masih ingatkah aku saat itu? Sulit sekali tuk berpikir dan mudah sekali untuk diingat. Ketika langkah-langkah yang ku lakukan menjadikan gempa untuk Bandung dan sekitarku. Dan langit seindah apapun tak akan kuperhatikan karena malu masih mengharamkan menengadah. Juga terasa seperti konser tunggal, dimana suaramu sebagai satu-satunya melodi yang kudengar dan yang lainnya hanya alat-alat untuk perkusi. Seistimewa itukah tuan putri yang satu ini? Kukira lebih.
                Kejadian ini bertemakan pemberian, diperankan suatu hadiah yang berkelana dari satu pria yang mengidap penyakit keresahan karena memiliki hadiah itu menuju sang gadis tujuan hadiah itu, juga tujuan pria itu. Tidak banyak cerita didalamnya, hanya rasa-rasa yang timbul dan tidak, labilnya luar biasa. Protagonis dan antagonisnya ada dalam pria itu, antara terus maju dan mundurnya ada dalam pria itu. Antara happy ending dan sad endingnya ada dalam pria itu. Sungguh pria itu sudah seperti Tuhan saja bagi dirinya sendiri, dikala dirinya merasa sangat lemah.
                Bilamana aku adalah tawanan yang memiliki informasi penting, penghargaan akan kuraih ketika aku pulang kembali dengan tubuh sisa tersiksa. Beberapa kata seperti tersesat dalam aura itu. Hangatmu itu mampu membakar setengah kamusku. Demi melindungi kata-kata penting, batin ini berani menyiksa diri sendiri. Mungkin inilah yang disebut malu atau tidak berani.
                Tapi para penonton yang kupaksa menonton sudah memaksaku melakukan atraksi. Mulailah aku menciptakan kejadian ini. Dan mulailah untuk memikirkan atraksi selanjutnya yang kegagalannya dikarenakan tidak lebih hebat dari atraksi sebelumnya. Aku ingat, kritik para penonton adalah menambahkan yang kurang. Mengeluarkan dialog yang baru, yang maju, yang berkembang, yang dalam.
                Kuakhiri kejadian ini, saat itu aku menjadi manusia munafik yang menghindari tuduhan ”manusia memang tak pernah puas”. Siapa coba yang menggerakan tubuh ini agar menjauh darinya? Aku rasa bukan aku, tapi itulah aku. Ini semacam membohongi diri sendiri, lalu memantul menjadi membohongi semua orang yang menjadi saksi. Dan pada akhirnya semua penonton akan tidak puas. Mereka semua demo, dan akulah pemimpinnya. Karena aku yang paling merasa tidak puas, bila aku jujur.

14 desember 2014

Rabu, 03 Desember 2014

Hadiah yang Takkan Pindah Tangan

Hadiah yang takkan Pindah Tangan
                Hari ketika semuanya bersantai, beberapa bernyanyi didepan berhala, aku tahu kamu tak ikut bernyanyi bersama mereka, tapi bernyanyi bersamanya, kemungkinan yang menyakitkan. Siapa yang takut ketahuan berpasangan? Aku, karena aku berpasangan dengan pria. Dan kamu juga tentunya, dengannya, si Manusia yang gemar membonceng dirimu, bukan aku.
                Hari itu, ketika para pasangan mengingatkanku pada diriku yang bukan salah satu dari mereka. Iri, mengiris-ngiris hati tapi tak pernah habis. Tolong hentikan keadaan ini. Bodohnya aku. Yang bisa menolong diriku hanyalah aku sendiri. Motor ini hanya membawa jasad kosong yang batinnya sudah hampir habis dilibas peristiwa. Cemburu tidak menguras hati, tapi memanaskan karena memang terasa panas, hingga kering, hingga mengkerut, hingga hilang indra merasakan perasaan. Coba bayangkan bila aku masih bisa merasakannya! Pasti terasa sangat sakit, untungnya Tuhan baik sekali.
                Hari minggu, di bandung yang mendung. Aku membuat bendungan penasaran. Sungguh, kukira aku akan menemuimu. Tapi dimana dirimu? Dimana kita akan bertemu? Bendungan itu tak kunjung jebol, tak bocor sedikitpun. Sayang, bendungan itu bocor ketika aku sudah pindah kota. Air penasaran itu tak membasahiku sedikitpun. Hanya membuat danau baru yang dinamai danau Kekecewaan.
                Hari minggu malam, di tempat yang dipenuhi kata-kata penyesalan karena kita tak bertemu. Aku masih mengingatmu. Kamu mungkin masih bersenang-senang. Atau dia masih kesenangan. Hari memang hampir berakhir. Tapi aku masih ingin melakukan sesuatu, untukmu. Motor Revo tak mungkin berjalan sendiri untuk membeli hadiah. Aku mengantar motor itu membeli hadiah. Hadiah itu kusimpan di kantung harapan yang hampir hilang di gelap malam. Untung aku masih mencari.
                Hari setelah minggu, hadiah itu terbawa tangan yang ingin mengenggam tanganmu. Aku tak minta apa-apa. Bolehkah bila kusodorkan tanganku beserta hadiah ini diatasnya dan kau ambil lalu kau gantikan posisi hadiah itu oleh tanganmu sendiri? Memang bisa disebut aku meminta pamrih lebih. Tapi sungguh. Kenapa tak ada sedikitpun waktu untuk bertemu? Kenapa ketika ingin bermain ditengah hujan tapi tidak kebasahan, setetes pun? Kenapa ketika ingin bergoyang dikerumunan tapi tak ada yang ikutan? Kenapa ketika ingin berjalan di pegunungan tapi tak ada tanjakan? Ini semua tentang Kenapa dan Kapan.

                Sudah berapa hari hadiah ini bersedih. Dia akan bersedih bila tidak berguna. Jadi, tolonglah. Hanya kamu yang bisa membuatnya senang. Tangan yang lain takkan membuatnya berjasa, hidupnya akan hampa. Takkan ada monumen untuknya bila seperti ini. Jadi, tolonglah. Marilah kita berdekatan, untuk beberapasa saat yang akan melambat. Cobalah, tunjukkan sedikit kesediaan untuk menerima kejutan.  Awan-awan harus beradu untuk membuat kejutan untuk sejuta orang. Bumi dan bulan harus berdekatan untuk menghidupi nelayan dan ikan-ikan. Para bos harus ketemuan untuk memulai proyek besar. Jadi, tolonglah. Dari banyaknya benda yang kau punya. Aku hanya minta yang tak nyata. Bersediakah kamu, aku hadapi dengan gugup yang wajar? Semoga hadiah ini jatuh untuk tersenyum di hangatnya genggamanmu.